KARYA PUISI SISWA
NAPAU FESTIFAL :
1. Napau Terbilang (Mendapat Peringkat 5 Pada Lomba Cipta Puisi Napau Tahun 2020)
Karya
: Dewi Purnamasari
Menghempas
batu yang perkasa
Menyapa
pasir putih yang landau seirama
Pongah
katakan tuhanlah yang ciptakan mereka
Aku disini ….
Berdiri
bersama kaki-kaki rakyat yang gembira
Melompat
riang taka da kata duka
Puluhan
layang-layang di terbangkan bersama
Dengan
ratusan ombak yang ikut bersuka cita
Aku
disini ….
Melihat
puluhan perahu di layarkan
Ratusan
bendera di kibarkan
Bukti
pertanda napau kami telah di tetapkan
Menjadi
wisata yang paling dinantikan
Aku
…
Masih
disini
Di
pantai napau
Di
pantai yang keindahan alam nya dulu tersembunyi
Kini
menjadi tempat penuh pemikat hati
Ku
katakan segelintir parody di antara baris ombak
Sungguh
riang hati napau
Yang
bahkan namanya tak di kenali di masa lampau
Kini
menjadi pemata lingga yang berkilau
Bahkan
kini
Deburan
ombaknya jadi nyanyian alam yang menawan
Pasir
putihnya jadi saksi percintaan kedua insan
Air
lautnya jadi pelepas dahaga dari keletihan
Napau
kami telah di kenali
Berharap
nantinya akan lebih di akui
Napau
kami telah di dirikan
Sebagai wisata yang nantinya akan selalu di banggakan.
2. Di Penghujung Resang
Karya : Pipit Darmayanti
Menggemuruh riuh
riakan ombak
Menceritakan
indahnya pesona alam
Menghibur tamu
dari penjuru seberang
Menenangkan
sejenak lelahnya jiwa
Tampak
bebatuan besar yang kokoh menghiasi
Mengisyaratkan keindahan nan alami
penuh imaji
Karya Tuhan yang abadi
Biru bercahaya air laut
Putih berkilau pasir pantai
Angin yang bertiup menerpa
Yang tergores dari nafas sang alam
Berdiri kokoh jembatan kayu tua
Sebagai tempat mengabadikan momen
bahagia
Memberikan kesan yang luar biasa
Kepada setiap pelupuk mata yang
memandangnya
Panas memuncak menyengat keringat
yang menghambur
Menyusuri bibir pantai Napau dengan
bertelanjang kaki
Demi memenuhi hasrat
Untuk menikmati keindahan alam ini
Desir angin menjadi bisikan mesra
di telinga
Seakan sebuah lirik lagu yang
menenangkan jiwa
Hempasan lembut gelombang air laut
Yang selalu kembali ke bibir pantai
Jauh didalam sana ….
Ada sisi keindahan yang tak
terjamah oleh manusia
Yang mampu memberikan kepuasan
Dan mensyukuri ciptaan Tuhan
3. Suara Rindu Di Air Biru
Karya : Siyah
Alunan gelombang
pantai
Menghentam keras
kepalan batu karang
Terpental dan
terjatuh, bangkit teruskan pencarian
Deru gelombang
membawa rindu
Kicauan burung menyeru pilu
Suara rindu di air biru
Butuh kaki-kaki baru
Menginjak
Menerjal
Bibir pantai
Suara rindu di air biru
Tak bersuara namun berasa
Tak berwujud tapi berjiwa
Bagaikan manusia yang rindu
akan belaian kekasih
Disini ….
Di pantai jauh dari sentuhan
Mendengar curhatan kesepian
Yang
menetes air mata
rindu akan pijakan manja
Napau ku tercinta
Tidakkah kau rasa?
Namamu sudah sempurna
Pesanmu memikat jiwa
Pasti akan ada raga yang
terpenjara
Di bibir pantai napau lingga
Suara rindu berbalas jumpa
Teriakan gembira bukti cinta
Tawa canda harap membahana
Agar terjaga keindahan dunia
Suara rindu di air biru
Napau terbilang wisata baru
Tempat raga melepas suka
Menjernih hati yang penuh
dusta
Tema
: Jaga Senyum Ibu Pertiwi, Lindungi Ekonomi Negeri
1. Judul
: Laksana Matahari Barat
Karya : Jessica Maulina
Hangat seperti cahaya
barat
Lengkungan garis muncul
di pipi
Begitu menawan saat
dilihat
Berharap tak cepat
pergi
Dengan mata hampir tertutup
Seruan anginpun bertiup
Senyuman itu belum tenggelam
Beserta makna yang
dalam
Senyumnya lebar terbuka
Dengan pagar putih di dalam
Yang melihat langsung suka
Mata tak akan terpejam
Namun sayang
Eloknya kini mulai tenggelam
Karena habis terbuang
Oleh masa yang kejam
2. Judul : Pertiwiku
Karya : Lina
Kau terlihat sedang
menanggung kesakitan
Di atas tanah Indonesia
ini
Tanah yang tanpa bakti
putra putrinya
Ibu pertiwi engkau
tampak murung, kusam dan juga gusar
Aliran air sungaipun
tak sejernih dulu lagi
Tolong jangan bersedih
Ku tau usiamu kini tak
muda lagi
Dan aku tau engkau
sedang putus asa
Jiwamu tergores sangat
sangat dalam
Indonesia sekarang
sedang merintih
Maafkan kami putra
putrimu
Tak pernah membalas
jasamu
Sekarang akan ku obati
kekecewaan dan sakit hatimu
Akan aku balut lukamu
Akan aku jaga surga
darimu
3. Judul : Di Balik Topeng Merdeka
Karya : Mira Asmita
Aku terheran-heran
Pada manusia berjabat
tangan, tersenyum menyeringai
Seringkali ketuk palu
terjadi
Sang tersangka adalah
ulama, para kiyai
Terjerat hukum yang tak
berideologi
Lalu apa kabar dengan
para koruptor ?
Berada di jeruji hidup
bak Sultan negeri
Ah sudah tak dipungkiri
Uang jadi jaminan kekejian
bagi para petinggi
Menjadi racun pada para
pengemis negeri
Ekonomi bangsa ini
nyata
Hutangnya juga tak
terkira
Korbannya selalu para
rakyat jelata
Hidup sekeras batu
kerikil
Di bawah naungan
manusia yang tidan memanusiakan
Aku pilih mati ??
Biar tak bercampur
tangan
Akan harta dan ekonomi
Biar kekal di akhirat
Asal tak rakus seperti
penjabat
Ah gerah sekali bangsa
ini
Merdeka dari sekutu
Dihancurkan oleh sekupu
Di dalam layar
berpangku tangan
Di balik layar saling
menujam
Jaga akhlak dalam Berjaya
Jaga selalu ekonomi
bangsa
Terlepas dari penjilat
Merampas lalu terhempas
4. Judul : Sang Aktor Pendusta
Karya :
Pipit Darmayanti
Negaraku bergelar
demokrasi
Nyatanya yang tampak
hanya Negara anarki
Katanya dijamin hak
asasi
Nyatanya ketidakadilan
menjadi-jadi
Sang aktor menjalankan
aksi
Berlagak hebat di depan
para petinggi
Berjanji manis akan
revolusi
Nyatanya psikologi keji
hendak dijalani
Sibuk menerapkan
strategi dan regulasi
Dengan tujuan
pertumbuhan ekonomi
Bak kesatria hebat
penyelamat negeri
Yang menjanjikan tak
ada lagi perut kosong tak berisi
Lucu…
Karena semua hanya
janji tanpa bukti
Jabatan telah dimiliki
Kerakusan berakar dalam
diri
Kami…
Manusia miskin yang
dibodohi
Diam bungkam menangis
menepi
Hanya pasrah dengan apa
yang terjadi
Untuk anda sang aktor
hebat harapan negri
Kami hanya ingin kau
tunaikan janji
Jangan hanya berkoar di
televisi
Sumpah di bawah kitab
suci disaksikan seluruh negri
Pesan singkat ku tulis
melalui bait-bait puisi
Agar menyeruak di
waktunya nanti
Harapan besar kepada
anda para petinggi
Jalankan tugas dan
janji demi kemakmuran negri
5. Judul : Bintang Jalanan
Karya : Pipit Darmayanti
Aku menyaksikan
malam gelap dan sepi
Kala itu,
kegelapan memberikan rasa hampa yang menyesakkan dada
Memberikan kesan
kelam
Akan tangisan
yang menyeruak memekakkan telinga
Tapi semua itu
hanya angin biasa
Yang tak lagi membuat
diri menggigil duduk menepi
Seakan telah
kebal…
Walau telanjang
kurus dan tak diberi simpati
Pucat tak
berdaya
Memeluk
pinggiran jalan penenang jiwa
Legam kulit
dimakan surya
Tapi ku yakin
Tuhan ada
Aku berteman
dengan hiruk pikuk jalanan
Bercengkerama
dengan angina malam
Terbiasa akan
panas dan hujan
Dan mencoba
berdamai dengan kenyataan
Ibu pertiwi
sebagai saksi betapa pahit hidup yang kujalani
Tak berkeluarga
tak diterima
Memikul beban
tanpa harapan
Manusia lusuh
tak bermasa depan
Akulah bintang
jalanan
Seakan binatang
pemakan sisa makanan
Saat diriku tak
lagi kembali
Sungguh aku
telah pulang
Maaf memberi
luka dari aku sibintang jalanan
Goresan berubah
menjadi robekan
Senyum tak lagi
menyeringai
Aku mencoba
berbalik arah tapi ditampar kenyataan
Kini aku telah
pulang
Menempati tanah
yang dingin dan sepi
Tak lagi
telanjang
Telah hangat
dengan kain putih panjang
6. Judul : Sang Rahara Pertiwi
Karya : Siyah
Ku lihat sang rahara
pertiwi
Merenung perpangku
menatap sang biru
Ku hampiri, ku tatap
wajah nan pilu
Raut keriput menangis
tersedu-sedu
Oh Tuhaaan
Hatiku teriris –iris
bak tersayat sembilu
Melihat sang ibu tak
tersenyum haru
Apakah ini balada??
Akan rasa yang tak sama
Sang ibu kini berduka
Sang rahara kini tak
elok di pandang mata
Pertiwi hancur di
tangan generasi
Bangsa tak ber asa
Tuhaaan
Izinkan ananda menjaga
pertiwi
Berjuang mempertahankan
tradisi
Yang kian hilang oleh
waktu
Menjaga harga
peninggalan pejuang zaman dahulu
Demi pertiwi yang
berdiri kokoh
Di atas lascar darah
merah
Di atas tetesan dan
tangisan yatim piatu
Di atas harta rakyat
jelata
Ananda ya tuan!
Berjanji kan jaga
senyum rahara
Pertiwi bangsa
No comments:
Post a Comment